Kamis, 01 Juli 2010

Hantu Cantik Penunggu Jembatan Musi II

Sudah puluhan tahun Imran mendengar kisah keangkeran Jembatan Musi II Palembang. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut  disebutkan bahwa di jembatan yang membelah Sungai Musi daerah Tanggobuntung  itu ada hantu wanita berrambut pirang yang cantik jelita. Hantu yang dipanggil Noni itu, kata mereka yang percaya, konon menghuni Jembatan Musi II sejak jembatan itu dibangun tahun 80-an silam. Kabarnya, orang yang pertama kali bertemu hantu itu adalah Kasim bin Hairul, kuli bangunan yang kala itu sedang buang hajat di lokasi bangunan.
Berita ini menyebar pada tahun l987,  saat pondasi jembatan sedang dikerjakan. Habis buang hajat, Kasim bertemu wanita cantik yang mengaku bernama Noni. Setelah Kasim mencumbui Noni, Kasim lalu  di dorong Noni ke Sungai Musi dan mati tenggelam. Sedangkan temannya, Rosihan, saksi mata peristiwa itu, kini setengah gila dan tinggal di Tebinggerinting, 40 kilometer sebelah  tenggara kota Pelembang.
Selanjutnya, peristiwa mengerikan terus menerus terjadi  di jembatan itu. Empat pria pemabukan yang baru saja pulang dari bar Talangsemut Music Longue melihat Noni di pagar jembatan sambil merokok. Melihat ada perumpuan cantik sendirian tengah malam di jembatan yang jauh dari perumahan penduduk, Hardi yang sedang  menyetir, kontan memberhentikan kendaraan.  Peristiwa  itu berlangsung pada malam Selasan Pon Desember 2001 ,,,,
Karena tidak tahu adanya cerita hantu jelita di jembatan itu, maka di malam yang nahas tersebut keempat lajang pemabukan itu memberhentikan mobilnya dan mendekati Noni. Kecantikan Noni sungguh menyilaukan mereka. Maka itu,  dua dari  empat pemuda itu nekad memeluk dan mencumbui Noni di dalam Toyota Kijang mereka. Sedangkan yang dua lagi, menunggu sambil merokok di bibir jembatan. Habis bercumbu, dengan tenaga yang superkuat Noni menyeret kaki kedua lajang itu dan menceburkannya ke dasar sungai. Tiga hari kemudian mayat dua laki-laki itu ditemukan 900 meter dari lokasi kejadian.
***

Peristiwa demi peristiwa yang terjadi berkaitan dengan hantu Noni diketahui Imran dengan pasti.  Sedangkan Imran mengaku jujur  bahwa dia  punya rasa takut yang sangat besar terhadap hantu. Apalagi hantu Jembatan Musi II yang banyak memakan korban jiwa itu.
Tapi pada malam Jumat Kliwon l8 Desember 2003 silam itu, Imran mengaku sangat terpaksa harus melintasi Jembatan Musi II. Ponakannya, Risma, yang masih SMA tinggal di Kaliulu, Tanggobuntung, menderita sakit parah. Sedangkan rumah Risma tidak jauh dari Jembatan Musi II yang angker itu. 
Walau nyalinya ciut Imran  terpaksa harus melintas di situ. Jika menyeberang dari Musi I, terlalu jauh memutar dari arah kedatangannya dari Inderalaya.
Malam itu langit gelap. Arakan mendung  menyelimuti  dan menutupi rembulan yang seharusnya menyebar sinarnya.  Setiap beberapa detik, kilat memecah langit dan guntur pun bergemuruh di beberapa arah penjuru angin. Beberapa kilometer menjelang Jembatan Musi II, hujan deras menyergap dan wiper Honda Civic yang dikendarai Imran nyaris tak mampu mengatasi air yang berlimpah.
Batin Imran kontan gundah gulana. Sebab selain air yang turun dari langit, Imran juga  menghawatirkan jalanan yang tergenang sampai  setengah meter.  Mobil sedan pendek itu harus melewati genangan air dan tak bisa berjalan cepat. Maka itu, Imran mengurangi kecepatan drastis. Kalau tadinya dia berjalan 70 km per-jam, kini mobilnya hanya mampu berjalan 20 km per-jam.
Setelah berjalan pelan di genangan air, sedan Imran naik di ujung jembatan Musi II. Begitu menanjak naik meninggalkan banjir, mesin mobil Imran batuk-batuk. Setelah pedal gas makin digenjot dengan harapan batuk kendaraan itu hilang, mesin mobil itu justeru malah mati. Imran yakin betul bahwa matinya mesin Honda Civic-nya itu karena cipratan air yang terkena bagian mesin. Biasanya air masuk ke karburator atau terkena kuil. Air itu naik ke bagian mesin dari roda yang memutar air dan muncrat ke atas.
Jantung Imran berdebar hebat. Gangguan tak terduga  itu justru pas di jembatan Musi II yang sangat ditakutinya. Tubuhnya mulai gemetar dan merinding. Apalagi setelah samar-samar dari balik kaca yang ditimpa hujan, terlihat sosok perempuan berambut pirang berbaju merah  berdiri di bibir jembatan Musi II.
“Oh Tuhan, perempuan itu pastilah Hantu Noni yang pembunuh itu!” Gumam Imran dengan nyali semakin ciut.
Kaki dan tangan Imran tak lagi bisa bergerak. Rasa takut telah melumpuhkan semua sendi-sendi dan dua bagian dari panca inderanya. Imran berusaha melawan rasa takut itu agar tangannya mampu bergerak dan menutup sentral lock agar aman dari hantu itu. Tapi sayang, tangannya tetap tak bisa digerakkan dan Imran pun semakin ketakutan.
Imran berubah laiknya Seperti patung hidup. Hanya mata yang dapat digunakan Imran untuk menyaksikan semua keadaan.  Mata itu  nanar menatap keberadaan hantu berambut pirang, yang nampak santai di tengah hujan lebat.
Keadaan itu berlangsung agak lama karena sosok mahluk gaib tersebut tetap berdiri di pagar jembatan dan menatap ke depan. Dengan begitu artinya mata hantu itu tidak mengarah ke Imran yang sedang ketakutan di dalam sedannya.
Sementara itu, tidak ada satupun kendaraan yang lewat malam itu, baik itu kendaraan roda dua maupun roda empat. Jembatan itu memang ditakuti dan jarang sekali orang memilih melewati jalur Musi II ketika di tengah malam. Kecuali orang ‘asing’, yakni orang yang tidak tahu tentang hantu pembunuh itu.
Sekitar pukul 00.30 dinihari, tiba-tiba sosok perempuan itu menghilang di bawah siraman hujan. Imran pun sudah mulai mampu menggerakkan tangannya dan mengucek-ucek matanya. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa mahluk itu sudah pergi dan tak ada lagi di jembatan itu. Tapi Imran tidak berani turun dari mobil untuk membetulkan kerusakan mesin karena rasa takut yang membuncah dalam benaknya. Imran menunggu sambil berharap mungkin saja ada kendaraan yang lewat di tengah malam itu. Jika ada kendaraan yang melintas, Imran akan mencegatnya dan minta bantuan.
Pucuk dicita ulam tiba! Demikian dengan Imran yang penuh harap dalam keterjepitannya. Dari kejauhan Imran melihat ada sinar kendaraan roda empat yang mengarah kepadanya. Mobil yang melintas  dari Seberang Ulu menuju ke ilir, tempat Imran berhenti. Dengan kekuatan tertentu, kaki Imran tergerak dan keluar dari pintu kanan. Imran berdiri ke tengah jalan dan mengangkat tangannya tanda minta kendaraan itu berhenti. Roda empat itu kontan memperlambat kecepatan dan berhenti.
Dengan sekujur tubuh yang basah, Imran mendekati mobil yang ternyata sedan warna merah jenis Toyota Corona Twincam. Karena kaca jendela mobil itu tidak dibuka, maka Imran mengetuk jendela kaca dan minta agar kaca itu dibuka. Tapi anehnya, kaca mobil warna gelap itu tidak juga dibuka. Sedangkan sosok penyetir mobil itu tidak terlihat sama sekali oleh Imran. Mungkin saking gelapnya.
Karena tidak dibuka, Imran memperkeras ketukannya sampai kaca jendela Twincam itu melorot. “Oh Tuhan!” Pekik Imran. Setelah kaca jendela terbuka, Imran dikejutkan oleh sosok penyetir yang ternyata perempuan  berambut pirang dan berbaju warna merah. Wanita itu adalah hantu Noni yang dilihatnya di pagar jembatan.
Tubuh Imran kembali lemas. Tapi lelaki umur 35 tahun yang masih lajang itu bisa menggerakkan kaki. Dia lalu lari tungganglanggang ke arah ulu. Dia kabur sekencang-kencangnya meninggalkan Twincam dan  Honda Civicnya ke arah seberang.
Sesampainya di seberang, Imran terus berlari mencari rumah penduduk dan mau minta tolong. Di tengah pelariannya, Imran melihat sebuah nyala lampu di sebuah rumah di pinggir jalan. Imran langsung menuju rumah itu dan menggedor pinta rumah tanpa pagar itu dengan keras. Di atas pintu depan terlihat tulisan Nomor l3 Rt l3 RW l3. Setelah berulang kali menggedor dan tidak dibukakan pintu, Imran berteriak keras seperti hewan melolong. Karena teriakannya yang keras, penghuni rumah itu pun terbangun. Sesaat kemudian, suara kunci dibuka dari dalam dan penghuninya keluar. Kali ke tiga ini lebih mengejutkan dan membuat takut. Bahkan, karena tak kuat menyaksikan apa yang terjadi, Imran pun menjadi lemas total dan pingsan.
Ternyata pemilik rumah yang membukakan pintu itu adalah perempuan berambut pirang dan berbaju merah. Dia adalah Noni, ya hantu Noni yang biasa membunuh di Jembatan Musi II. Noni membunuh siapa saja lajang yang mengajaknya kencan. Kecuali Imran yang baik hati.
Imran yang berstatus sebagai pegawai travel P.T. Wisata Maju (bukan nama sebenarnya-red) itu,  bukan saja tidak nafsu mencumbu Noni, tapi juga teramat takut pada wanita keturunan Belanda yang konon bernama asli Elisse Edwind Rikkar van Eindhoven  itu. Elisse mati pada tahun l930-an akibat perkosaan dan pembunuhan misterius saat ayahnya bertugas sebagai kepala perkebunan di Gwauran, bagian timur Palembang. Hingga sekarang Elisse yang disebut warga setempat bernama Noni, selalu muncul di malam jumat kliwon dan malam selasa pon. Dia akan muncul dengan rambut panjang warna pirang dan baju merah. Bila berkendaraan, merek apapun kendaraan yang ditumpangi, pastilah berawarna merah. Padahal mobil merah yang distirnya, mobil yang tak pernah ada dan nopolnya tak terdaftar di kepolisian.  Sebab mobil itu adalah mobil siluman dari alam antah berantah.
Nasib Imran setelah siuman, adalah rumah sakit. Imran baru bisa  sadar setelah dia berada di UGD rumah sakit Sumber Bhakti di hadapan seluruh keluarganya. Kini Imran yang sudah berumur 39 tahun,  jadi pengusaha travel yang sukses,  telah beristeri dan beranak empat. Imran telah melancong  ke mana-mana ke  seluruh antero dunia karena usahanya. Tapi satu tempat yang dia takuti dan amit-amit tak akan melewati daerah itu, apalagi di tengah malam, tak lain dan tak bukan adalah Jembatan Musi II.
Konon, hingga sekarang, Noni yang berambut pirang dan berbaju warna merah itu, tetap muncul dan mencari korban.***

9 komentar:

  1. coba lihat lagi bareng2 dan rekam

    BalasHapus
  2. Seperti cerita fiksi saja...coba team mester tukul jalan kesana

    BalasHapus
  3. Tiap malam kamis gak pernah ku lihat. Sering juga pulang lewat jembatan itu jam12 lewat tapi gak pernah terlihat

    BalasHapus
  4. Maljum kemarin pkl. 11:30 saya lewat sana...

    Bahkan saya tunggu sendirian sampe jam 1 lebih...

    Ehh gaada apa2 & biasa2 aja sy didalem mobil smbil nnton2 di hp 😆

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Dengar kabar sich elies sdh ngak disitu lagi. Tapi sdh ikut salah satu orang indigo

    BalasHapus
  7. Serius td barusan kami lewat situ,abis magrib,terus ada suara cewe yg jeriit dua kali. Ternyata orang" didalem mobil denger semua. Sereeeem parah

    BalasHapus
  8. Kontol,..aku ni wong asli daerah musi 2.
    Cerito ini cerito ngado2,..tahun pembangunanyo bae salah,namo2 tempatnyo bae salah.
    Sok tau kau bongo

    BalasHapus
  9. Aku ni wong asli daerah musi 2, cerito kau tu terlalu besak uap...
    Terlalu besar bohong,tahun pembangunan dan nama2 lokakasinyo bae salah,..nak sok tau,..dasar buyan..

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan pesan